Sejarah IT dan Internet tidak dapat dilepaskan dari bidang pendidikan.
Internet di Amerika mulai tumbuh dari lingkungan akademis (NSFNET),
seperti ditulis dalam buku “Nerds 2.0.1”. Demikian pula Internet di
Indonesia mulai tumbuh dilingkungan akademis (di UI dan ITB) sebagaimana
sejarah perkembangan Internet di Indonesia.
Adanya Internet membuka sumbatan terhadap sumber informasi yang tadinya
sulit diakses sehingga bukan menjadi malasah lagi. Perpustakaan
merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya. Adanya
Internet memungkinkan seseorang di Indonesia untuk mengakses
perpustakaan di Amerika Serikat. Mekanisme akses perpustakaan dapat
dilakukan dengan menggunakan program khusus. Tukar menukar informasi
atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan melalui Internet. Tanpa
adanya Internet banyak tugas akhir dan thesis yang mungkin membutuhkan
waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan.
Kerjasama antar pakar dan juga dengan mahasiswa yang letaknya berjauhan
secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu, seseorang harus
berkelana atau berjalan jauh untuk menemui seorang pakar untuk
mendiskusikan sebuah masalah. Kini berbagai hal tesebut dapat dilakukan
dari rumah dengan mengirimkan surat elektronik (email). Makalah dan
penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui
Internet, via email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring.
Bayangkan apabila seorang mahasiswa di Ambon dapat berdiskusi masalah
kedokteran dengan seorang pakar di universitas terkemuka di pulau Jawa
bahkan di Amerika. Mahasiswa dimanapun di Indonesia dapat mengakses
pakar atau dosen yang terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia, sehingga
batasan geografis bukan menjadi masalah lagi. Sharring information juga
sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian tidak
berulang (reinvent the wheel).
Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat
digunakan bersama-sama sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan
teknologi.
Malahan sebuah terobosan baru dalam bidang pendididikan yang menggunakan
fasilitas internet adalah Distance learning dan virtual university
merupakan sebuah aplikasi baru bagi Internet, yang memungkinkan berbagai
mahasiswa atau pelajar bisa mengikuti perkuliahan langsung dari pakar
atau dosennya dengan tidak berada pada satu tempat atau bahkan berbeda
negara.
Bahkan tak kurang pakar ekonomi Peter Drucker mengatakan bahwa
“Triggered by the Internet, continuing adult education may wll become
our greatest growth industry”. Virtual university memiliki
karakteristik yang scalable, yaitu dapat menyediakan pendidikan yang
diakses oleh orang banyak. Jika pendidikan hanya dilakukan dalam kelas
biasa, berapa jumlah orang yang dapat ikut serta dalam satu kelas?
Jumlah peserta mungkin hanya dapat diisi 50 orang. Virtual university
dapat diakses oleh siapa saja, darimana saja.
D. Internet untuk Mengakses Informasi Keilmuan
Fred S Keller, seorang teknolog pendidikan era tahun 1960-an mengkritik
penerapan metode-metode pembelajaran konvensional yang kurang menarik
perharian peserta didik. Karena menurutnya, peserta didik harus diberi
akses yang lebih luas dalam menentukan apa yang ingin mereka pelajari
sesuai minat, kebutuhan, dan kemampuannya. Dikatakannya pula bahwa guru
bukanlah satu-satunya pemegang otoritas pengetahuan di kelas. Siswa
harus diberi kemandirian untuk belajar dengan memanfaatkan berbagai
sumber belajar .
Kekayaan informasi yang sekarang tersedia di internet telah lebih
mencapai harapan dan bahkan imajinasi para penemu sistemnya. Melalui
internet dapat diakses sumber-sumber informasi tanpa batas dan aktual
dengan sangat cepat. Adanya internet memungkinkan seseorang di Indonesia
untuk mengakses perpustakaan di Amerika Serikat dalam bentuk Digital
Library. Sudah banyak pengalaman tentang kemanfaatan internet dalam
penelitian dan penyelesaian tugas akhir mahasiswa. Tukar menukar
informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat juga dilakukan melalui
internet. Tanpa teknologi internet banyak tugas akhir dan thesis atau
bahkan desertasi yang mungkin membutuhkan waktu lebih banyak untuk
menyelesaikannya.
Para akademisi merupakan salah satu pihak yang paling diuntungkan dengan
kemunculan internet. Berbagai referensi, jurnal, maupun hasil
penelitian yang dipublikasikan melalui internet tersedia dalam jumlah
yang berlimpah. Para mahasiswa tidak lagi harus mengaduk-aduk buku di
perpustakaan sebagai bahan untuk mengerjakan tugas-tugas kuliahnya.
Cukup memanfaatkan search engine, materi-materi yang dibutuhkan dapat
diperoleh dengan cepat. Selain menghemat tenaga dan biaya dalam
mencarinya, materi-materi yang dapat ditemui di internet cenderung lebih
up to date.
Bagi para pengajar bai guru maupun dosen, internet bermanfaat dalam
mengembangkan profesinya, karena dengan internet dapat : (a)
meningkatkan pengetahuan, (b) berbagi sumber diantara rekan sejawat, (c)
bekerjasama dengan pengajar di luar negeri, (d) kesempatan
mempublikasikan informasi secara langsung, (e) mengatur komunikasi
secara teratur, dan (f) berpartisipasi dalam forum-forum lokal maupun
internasional. Di samping itu para pengajar juga dapat memanfaatkan
internet sebagai sumber bahan mengajar dengan mengakses rencana
pembelajaran atau silabus online dengan metodologi baru, mengakses
materi kuliah yang cocok untuk mahasiswanya, serta dapat menyampaikan
ide-idenya.
Sementara itu mahasiswa juga dapat menggunakan internet untuk belajar
sendiri secara cepat, sehingga akan meningkatkan dan memeperluas
pengetahuan, belajar berinteraksi, dan mengembangkan kemampuan dalam
bidang penelitian.
Dalam www.jurnal-kopertis4.org disebutkan beberapa manfaat internet bagi
pendidikan di Indonesia, yaitu : akses ke perpustakaan, akses ke pakar,
perkuliahan online, layanan informasi akademik, menyediakan fasilitas
mesin pencari data, menyediakan fasilitas diskusi, dan fasilitas
kerjasama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar